Senin, 12 Maret 2012

[Resensi] Airframe: Petaka di Angkasa

Judul : Airframe (Petaka di Angkasa)
Pengarang : Michael Crichton
Penerjemah : Rina Buntaran
Penerbit : GPU
Tahun terbit : Februari, 2011
Tebal : 552 hlm

Novel ini akan membuat kita tak akan sama lagi memandang sebuah pesawat.

Bermula dari sebuah penerbangan maskapai TransPacific 545 dengan rute Hongkong-Denver yang mendadak mengalami kecelakaan beberapa jam sebelum mencapai tujuannya. Pesawat tersebut mengalami osilasi pitch—yang penjelasan awamnya berupa pesawat mengalami tukikan dan tanjakan sampai enam kali. Kecelakaan tersebut menyebabkan 4 orang tewas dan 56 lainnya terluka dalam pernerbangan tersebut. Kemudian, pesawat tersebut didaratkan secara darurat di LAX, Los Angeles.
Pesawat yang digunakan oleh TransPacific merupakan jenis N-22, produk dari Norton. Casey Singleton, bagian dari IRT (Incident Review Team) ditugaskan untuk mengurusi penyelidikan penyebab kecelakaan dari pesawat tersebut. Dugaan awal penyebab kecelakaan tersebut adalah pelebaran rusuk sayap (bagian ini dijelaskan dengan detail di dalam buku, saya sendiri gak terlalu ngeh :p). Kemudian penyelidikan pun dijalankan… dari sini pelan-pelan saya dibuat tercengang. Menyelidiki pesawat yang mengalami kecelakaan ternyata tidak semua yang dikira. Dalam novel ini dipaparkan ada satu juta komponen di sebuah sayap pesawat terbang dan ada puluhan lokasi kotak hitam di seluruh badan pesawat.
Casey diberi waktu satu minggu oleh atasannya untuk memecahkan misteri jatuhnya pesawat tersebut. Tidak hanya berkejaran dengan waktu, Casey juga harus menghadapi protes dari para pekerja akibat isu penjualan sejumlah pesawat ke Cina. Serta desakan awak media yang ingin tahu tentang fakta-fakta tentang kecelakaan tersebut untuk menguatkan opini mereka bahwa pesawat N-22 Norton adalah ‘perangkap kematian’.
Novel bergenre thriller ini disajikan dengan apik oleh Michael Crichton. Ketegangan yang disajikan terasa kontinyu dan semakin menanjak menuju akhir. Belum lagi kita ikut bertanya-tanya apa yang sebenarnya menjadi penyebab kecelakaan tersebut dan mengapa foto keluarga pilot dikirimkan kepada Casey. Nyatanya, penyebab paling dasar dari kecelakaan pesawat tersebut sangatlah sederhana dan jauh dari hal teknis yang didapatkan sepanjang cerita.
Meskipun sudah ditulis dari tahun 1996, ketegangan dalam novel ini sama sekali tidak meluntur. Bahkan secara pribadi, novel ini memberikan banyak pengetahuan tentang pesawat yang membuat kagum dan takjub serta menjadikan kita tidak akan sama lagi melihat sebuah pesawat.  Bahwa sebuah pesawat terbang bukan hanya sekumpulan logam dan mesin yang merupa menjadi sebuah alat transportasi, tapi pesawat terbang adalah karya seni.

Aditia
Bogor, 12 Maret 2012.
note: nyari url sampulnya susah :|

2 komentar:

Kamala Toko Buku mengatakan...

Buku Yang menarik. Meskipun banyak menceritakan hal-hal teknis terkait pesawat terbang, tetapi tidak mengurangi unsur ketegangan dalam novel ini. Kita akan dibuat penasaran, tak terasa membalik lember demi lembar, terus dihantui pertanyaan, apa sebenarnya penyebab kecelakaan pesawat Transpacific tersebut?

BENUAPKR mengatakan...

YUK JOIN SITUS POKER ONLINE AMAN DAN TERPERCAYA WWW.ROYALFLUSH99.COM BURUAN GABUNG...