Selasa, 28 Februari 2012

[Resensi] Sunshine Becomes You: Cinta tahu ke mana ia jatuh



Judul : Sunshines Becomes You
Pengarang : Ilana Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (2012)
Tebal : 423 Halaman

New York tidak serta merta membuat kita terasing. Meskipun terpisah ribuan kilometer dan aku yakin banyak pembaca yang belum pernah menginjaknya—Ilana Tan berhasil membuatku begitu familiar dengan New York. Kisah kasih Alex Hirano dan Mia Clark yang begitu hangat terjadi di sana, di Big Apple.
Perkenalan Alex dan Mia terjadi tidak sehangat itu. Di saat Ray Hirano berencana mengenalkan Mia pada Alex di studio tari tempatnya mengajar sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi. Kecelakaan kecil karena ulah Mia membuat Alex—seorang pianis terkenal—terpaksa membatalkan seluruh rangkaian konsernya sepanjang tahun ini. Ditambah juga dengan Alex yang waktu itu sedang menyelesaikan sebuah lagu terbaru—yang dengan terpaksa tertunda untuk selesai karena tangannya terkilir. Mengetahui jika Alex adalah seorang pianis, membuat Mia merasa sangat bersalah dan akhirnya menawarkan diri untuk membantu Alex selama masa pemulihan.
Alex yang mulanya kesal, beranjak kagum ketika mengetahui Mia ternyata lulusan Juiliard—sama dengan dirinya. Hubungan mereka mulai mencair sejak saat itu dan mereka mulai saling tersenyum tulus. Senyum yang dirasa Alex begitu istimewa, namun ia sadar jika Mia tersenyum dengan cara yang sama kepada semua orang. Hanya saja, kenyataan itu meninggalkan sebuah pertanyaan besar dalam diri Alex, mengapa Mia yang begitu berbakat menari melepaskan karirnya begitu saja?
Kian lama bersama, Alex makin tergantung pada Mia. Bahkan setelah Alex sembuh ia tetap meminta Mia untuk datang ke apartemennya. Ia memberikan kunci agar Mia bisa masuk ke apartemennya setiap pagi untuk menyiapkan sarapan dan kopi, serta membersihkan seisi apartemen. Mia pun makin nyaman dengan keberadaan Alex. Ia menikmati kebersamaannya dengan Alex yang membuat jantungnya berdebar tidak menentu.
Kemudian kisah cinta itu mengalir. Menggerakkan bibir kita untuk tersenyum. Melumerkan air mata hingga menggenangi kelopak. Ilana Tan menceritakan kisah cinta Alex dan Mia begitu indah. Meskipun plotnya sederhana dan alurnya mudah ditebak, cara Ilana Tan menuturkan peristiwa dan peristiwa membuatku ingin terus melanjutkan membaca.
Kisah ini hangat. Sehangat senyuman yang selalu dibagikan Mia ke semua orang, sehangat pandangan mata Mia yang diberikan kepada Alex. Pancaran mata yang tak semua orang bisa mendapatkannya, namun tak pernah Alex tahu karena itu ia selalu meragu.
Kisah ini membuat kita percaya bahwa takdir tidak pernah memelesetkan kita kepada orang yang tidak tepat. Cinta tahu ke mana ia jatuh, hanya situasi yang membuat cinta akhirnya mengalah. 

Aditia
Bogor, 28 Februari 2012

Read More..

[Resensi] Believe: Jarak yang (Tidak) Sederhana



Judul : Believe
Pengarang : Morra Quatro
Penerbit : GagasMedia (2011)
Tebal : 210 halaman

Jarak bisa begitu powerfull.
Ini hanyalah kisah cinta sederhana. Biasa terjadi pada banyak pasangan di dunia. Tidak lebih dekat dari pada dua propinsi di Pulau Jawa dan tidak lebih jauh dari jarak Bumi dan Mars. Hanya setengah putaran Bumi—sejauh itu saja mereka berada.
Langit dan Layla—Biru—memulai bentangan jarak itu pada suatu ketika saat ibunda Langit meminta langit menyelesaikan gelar masternya di Kairo. Adegan perpisahan di antara macetnya Jakarta dan hiruk pikuk bandara membuka cerita ini. Serta doa yang mengiringi kepergian—doa untuk kembali dan terus bersama. Untuk empat puluh amin agar sebuah doa diijabah.
Langit dan Biru membuat kita yakin dengan yang mereka yakini. Perjalanan untuk kembali mereka bagi dalam cerita-cerita lain. Tentang Wolf, tentang Yogya, tentang Jendra, tentang banyak lagi lainnya. Pelan-pelan mereka mulai mengumpulkan satu demi satu amin untuk doa mereka.
Hanya sesederhana itu saja.
Sesederhana itu namun dibutuhkan keyakinan yang kuat untuk melakukannya. Morra Quatro membangun keyakinan itu untuk pembaca lewat karakter Langit dan Biru. Menuturkan setiap peristiwa yang membuat kepercayaan pembaca bertambah setingkat. Plot yang sederhana tidak membuat kisah ini menjadi klise—justru, kisah-kisah lain yang diselipkan di dalamnya membuat cerita ini begitu hidup. Begitu banyak karakter dalam kisah ini juga tidak membuat rancu.
Haru biru dalam kisah ini begitu terasa, bahkan bagi saya yang tidak mengalami kisah cinta LDR. Ya, bahwa hubungan jarak jauh hanya tercipta untuk mereka yang punya hati yang tenang dan dalam, seperti Langit dan Biru.
Jarak bisa begitu powerfull. Juga begitu imajinatif. Manusia membuatnya agar bisa mengukur—menentukan jauh dan dekat. Padahal sebenarnya jarak terjauh ada ketika kamu saling dekat tapi sama-sama diam dan tak mengerti.
Ini hanya kisah tentang pasangan yang berjarak dan berharap bersatu kembali.
“…Tapi kamu tahu untuk sebuah doa satu amin cukup kalau Dia menghendaki…”
Dan mereka tetap mengumpulkan empat puluh amin. Karena mereka percaya.

Aditia
Bogor, 28 Februari 2012 

Read More..