Review Aimez-Moi
Judul:
Aimez-Moi
Pengarang:
Sepuluh Pena
Diterbitkan
lewat: nulisbuku
Tebal:
249 hlm
Ketika dua orang saling
jatuh cinta, saling memendam perasaan, maka cinta tidak akan seindah yang
seharusnya.
Hal
itulah yang terjadi pada Damar dan Chantal, dua karakter vital dalam kisah
Aimez-Moi ini. Pertemuan mereka terjadi di sebuah ruangan kantor penuh kubikel
biru di kota Jakarta. Selanjutnya, perasaan yang menahun dan meradang sampai
harus melewati Kota Paris dan London, tapi tidak juga terungkapkan.
Tidak
begitu jelas apa alasan Chantal dan Damar saling menyembunyikan perasaan. Akan
tetapi, perasaan gelisah dan risau dituturkan apik dalam narasi-narasi yang
ditulis dari sudut pandang Damar dan Chantal. Chantal dan Damar saling berkutat
dengan perasaan masing-masing, saling menebak isi hati masing-masing. Bertanya
malu-malu, bertukar kode demi kode—tapi tak juga dari mereka saling mengerti
atau membuka hati. Sampai akhirnya, perasaan pun penat dan menjalin hubungan
dengan orang lain menjadi pilihan. Padahal, mereka masih saling cinta.
Gemas? Tentu saja.
Sepanjang
membaca novel ini, tidak terasa jika sebenarnya novel ini ditulis oleh sepuluh
orang (ini luar biasa!). Dan saya jatuh cinta pada covernya yang begitu cantik
dan manis. Membaca novel ini juga kita diajak bertualang di Jakarta, Paris,
London, sampai kembali lagi ke Surabaya.
Di
dalam novel ini, dengan penyajian dua POV membuat pembaca lebih bisa mengerti
isi hati si tokoh. Akan tetapi, di dalam novel ini karena alur bolak-baliknya
terlalu cepat, membuat saya agak bingung. Pada akhirnya, saya mengabaikan
tahun-tahun keterangan di setiap sub-bab dan terus membaca.
Novel ini menyuguhkan kisah yang menarik. Kisah di dalam novel ini adalah hal-hal yang bisa terjadi pada semua orang. Cinta tak berkata-kata, tidak sepenuhnya benar. Cinta menginginkan diakui dan ia hanya bisa diakui ketika kamu mengungkapkannya.
Aditia
Bogor, 12 Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar