Senin, 12 Maret 2012

[Resensi] Aimez-Moi: Cinta Tak Hanya Diam



Review Aimez-Moi

Judul: Aimez-Moi
Pengarang: Sepuluh Pena
Diterbitkan lewat: nulisbuku
Tebal: 249 hlm

Ketika dua orang saling jatuh cinta, saling memendam perasaan, maka cinta tidak akan seindah yang seharusnya.

Hal itulah yang terjadi pada Damar dan Chantal, dua karakter vital dalam kisah Aimez-Moi ini. Pertemuan mereka terjadi di sebuah ruangan kantor penuh kubikel biru di kota Jakarta. Selanjutnya, perasaan yang menahun dan meradang sampai harus melewati Kota Paris dan London, tapi tidak juga terungkapkan.
Tidak begitu jelas apa alasan Chantal dan Damar saling menyembunyikan perasaan. Akan tetapi, perasaan gelisah dan risau dituturkan apik dalam narasi-narasi yang ditulis dari sudut pandang Damar dan Chantal. Chantal dan Damar saling berkutat dengan perasaan masing-masing, saling menebak isi hati masing-masing. Bertanya malu-malu, bertukar kode demi kode—tapi tak juga dari mereka saling mengerti atau membuka hati. Sampai akhirnya, perasaan pun penat dan menjalin hubungan dengan orang lain menjadi pilihan. Padahal, mereka masih saling cinta. 
Gemas? Tentu saja.
Sepanjang membaca novel ini, tidak terasa jika sebenarnya novel ini ditulis oleh sepuluh orang (ini luar biasa!). Dan saya jatuh cinta pada covernya yang begitu cantik dan manis. Membaca novel ini juga kita diajak bertualang di Jakarta, Paris, London, sampai kembali lagi ke Surabaya.
Di dalam novel ini, dengan penyajian dua POV membuat pembaca lebih bisa mengerti isi hati si tokoh. Akan tetapi, di dalam novel ini karena alur bolak-baliknya terlalu cepat, membuat saya agak bingung. Pada akhirnya, saya mengabaikan tahun-tahun keterangan di setiap sub-bab dan terus membaca.
Novel ini menyuguhkan kisah yang menarik. Kisah di dalam novel ini adalah hal-hal yang bisa terjadi pada semua orang. Cinta tak berkata-kata, tidak sepenuhnya benar. Cinta menginginkan diakui dan ia hanya bisa diakui ketika kamu mengungkapkannya.

Aditia
Bogor, 12 Maret 2012

0 komentar: