Jumat, 09 Juli 2010

Deadline Eats Me

Juli.

Juli saya dimulai dengan deadline, satu deadline yang membuat saya pontang-panting. 

Deadline ini bukan sembarang deadline. Alasan pertama mengapa saya bilang begitu adalah karena sudah lama (sekali) saya tidak bermain-main dengan si deadline ini. Semenjak tidak kuliah dan otomatis jadi pengacara (pengangguran sok banyak acara), rasanya si deadline sudah minggat jauh-jauh dari hidup saya. Dan jujur, saya suka dia pergi jauh dari hidup saya, meskipun hidup rasanya jadi tak sama lagi. 

Alasan kedua, tentu saja ini merupakan salah satu deadline paling penting dalam hidup saya. Mungkin inilah yang terpenting yang pernah saya catat dalam hidup saya. Menyangkut kredibilitas, profesionalitas dan mimpi saya. Yang terakhirlah yang paling saya beratkan, mimpi saya. Saat mimpi itu sudah diujung tangan, jangan sampai dia jatuh lagi.

Deadline yang membuat saya mengorbankan waktu tidur saya. Rela jauh-jauh dari kamar kos yang nyaman untuk mencari tempat buat menulis. Kadang membuat saya malas makan dan minum. Seringkali membuat saya sering telmi ketika diajak bicara orang lain. Pokoknya pikiran tersita dengan yang namanya deadline.

Jujur, saya menyukai deadline. Saya senang bekerja di bawah tekanan. Bermain-main dengan waktu, berkejar-kejaran dengan pekerjaan, dan memotivasi diri sendiri sampai ujung tanduk. Sungguh menyenangkan. 

Saya juga mengakui, kalau dalam keadaan kepepet maka seseorang bisa memberdayakan pikirannya lebih dari yang dia kira. Kadang-kadang ini benar, tapi buat saya itu cuma terjadi beberapa kali saja. Saya percaya, sesuatu bisa lebih baik jika dikerjakan dari jauh-jauh hari dan dieksplorasi sedetail mungkin. 

Jujur lagi, saya kangen deadline.

1 komentar:

Rapp's Site mengatakan...

terimakasih mba adit, atas mimpi-mimpi dan inspirasi anda.
semoga sukses selalu.