Sabtu, 19 Juni 2010

Morning Regret

Penyesalan selalu datang di belakang...

Pagi ini hati saya hancur tercabik-cabik. Ya, kenapa? Sahabat saya sejak TK pagi ini ijab kabul dan saya gak bisa hadir hanya karena alasan deadline. Saya belum bekerja, tapi saya punya beberapa tanggungjawab. Proposal penelitian yang belum selesai membuat saya mesti stay di Bogor untuk beberapa waktu di depan.
Benar, hati saya hancur. Rasanya kok ada perasaan rela-tidak rela, sahabat saya itu menikah. Saya ingat dulu kami main-main bersama. Ah, banyak sekali kenangan. Tahu-tahu hari ini dia akan ijab kabul. Itu pilihan hidupnya.
Akan tetapi, jelas saya senang. Ada diantara kami yang mendahului untuk memutuskan menuju jenjang kehidupan yang lebih tinggi. Ya, melepaskan ke-jomblo-an dan menetapkan diri untuk menikah. Yang begitu-begitu kan memang Quarter Life Dillema (pinjem judul novelnya mbak Primadona Angela). Memilih antara sekolah dulu, karier atau menikah.
Saya kagum sekali dengan sahabat saya itu berani mengambil keputusan di umur semuda saya. Sudah berani mengemban tanggung jawab dengan membentuk sebuah keluarga. Tidak seperti saya yang masih-masih-masih-masih berorientasi main dan senang-senang serta mewujudkan mimpi-mimpi duniawi saya mumpung di umur segini saya masih punya tekad, tenaga, waktu dan uang (dicari kemudian).
Setiap orang punya pililihannya sendiri, termasuk saya. Jalan setiap orang berbeda. Jadi, kita cuma berdoa, semoga sahabat saya itu tidak pernah menyesali keputusannya dan kelak keluarganya bisa menjadi keluarga sakinah mawaddah dan warohmah.

Maafin saya gak bisa hadir.

teruntuk Dinda Larasati dan Fadhil Aw.

0 komentar: