Senin, 21 Juni 2010

Tentang Hujan

Menjelang malam ini hujan deras. Suaranya memantul-mantul di sekitar kamar saya. Bahkan yang tidak saya duga, air hujan ikut-ikutan ingin masuk ke kamar saya yang baru alias bocor.

Saya menyukai hujan. Saya mencintai jendela yang terbuka keluar, dimana saya bisa melihat langit setiap saat, saya bisa melihat hujan kapan saya mau (tentunya ketika hujan itu turun). Memandangi titik-titik air yang turun seringkali membawa pikiran saya terbang. Jauh, jauh dan jauh. Saya membiarkannya berkelana. Namun hampir seringkali, lamunan saya itu berujung pada suatu adegan romantis dan biasanya akan saya tulis di fiksi saya.

Entahlah, tapi menurut saya hujan itu romantis. Satu sesi paling romantis yang pernah Tuhan anugrahkan kepada manusia. Disaat hujan, seolah orang-orang berhenti sejenak. Entah itu mengeluh karena tidak membawa payung, entah itu girang karena tidak harus terpaksa menghadiri sesuatu, entah itu bahagia karena bisa sedikit lebih lama dengan orang yang disayangi. Hujan selalu membawa makna.

Salah satu adegan favorit yang pernah saya buat di kala hujan akhirnya saya masukkan dalan draft novel saya yang berjudul Januari Biru. Bukan adegannya yang romantis, tapi saya menyukai dialognya. Berikut saya penggalkan,

"Gue suka ngeliat hujan," kalimat itu terucap tiba-tiba oleh Afra, "suka banget."
"Ya, kelihatan banget lo menikmatinya," sambung Daffa menatap ke arah yang sama dengan Afra.
Kata-kata Daffa melambungkan hati Afra, tak pernah ada yang berkomentar seperti itu sebelumnya. Menyanjungnya di kala menikmati rinai hujan. Air yang mengalir.
"Tuhan menaburkan inspirasi dengan cuma-cuma. Setiap rintiknya. Setiap tetesnya yang menyentuh bumi. Setiap alirnya. Setiap genangnya yang memantulkan dunia," ujar Afra penuh kagum terhadap hujan.



Itulah makna hujan untuk saya, Inspirasi. Jutaan bahkan milyaran inspirasi turun bersama tiap tetes yang jatuh. Kita harus menangkapnya, mesti tak semuanya. Sedikit saja.

Kala hujan. Coba nikmati sebentar. Diam sejenak, berhenti dari aktifitas yang mungkin sedang dikerjakan. Lihatlah air yang jatuh, dengarkan bunyinya. Kalau buat saya, ada rasa rindu, ada rasa tenang dan nyaman tersendiri yang saya rasakan. Setelah agak lama, hirup dalam-dalam wangi sehabis hujan, bau tanah yang becek, pepohonan yang basa, aspal yang kedinginan. Perhatikan air yang menggenang disekitarmu. Semuanya adalah sekumpulan inspirasi.

Saya juga mengoleksi lagu-lagu yang bertemakan hujan seperti Hujan (Utopia), Through the Rain (Mariah Carey), After the Rain (Adhitia Sofyan), No Rain No Rainbow (Home Made Kazoku), It's Gonna Rain (Bonnie Pink), And the Rain Will Fall (Mocca), Tears and Rain (James Blunt) dan January Rain (David Gray). Semuanya lagu-lagu yang memukau, menyenangkan didengarkan dikala tidak hujan karena seakan membawa suasana hujan kembali ke sekelilingmu.

Nikmati hujan selagi bisa... Kalau sempat siapkan teh/kopi/coklat panas dan camilan, hidupkan laptop/netbook... Lalu perhatikan titik-titik yang jatuh, catat apa yang terlintas di kepalamu. Niscaya suatu saat ketika kamu membuka kembali catatanmu, kamu mungkin terkaget-kaget dengan apa yang kamu tulis saat itu.

4 komentar:

Aditia Yudis mengatakan...

lupa, salah satu rekomended song itu Desembernya Efek Rumah Kaca, kereeen

lily andila mengatakan...

lily juga suka gambar di jendela yang berembum....
sangat suka...
smile face
orang-orangan lidi...
nulis nama orang yg lily kangen...
hahahaaaaa
romantis juga, kan???

Echa mengatakan...

Hujan sungguh luar biasa romantis...!!!
makna lagu tears & rain apa ya...???

Aditia Yudis mengatakan...

tears and rain lagunya James Blunt, udah lama gak denger juga, sekarang lagi suka Hujannya Jubing Kristianto dan Hujan-nya Adhitia Sofyan. hehehe